CHANGE [ONESHOOT]

32

 

.

Change by Vyejungmin

.

Han Jaekyung/Lee Donghae.

.

Warning: typo, ooc, lime, lemon, nc21, dldr.

.

.

.

Dulu aku masih ingat dengan kedua matanya yang dilapisi oleh kacamata yang agak tebal yang sering ia pakai.

 

Masih ingat juga dengan rambut pendek sebahunya yang berwarna coklat, dan jidatnya yang lebar itu.

 

Serta cara berpakainnya yang benar-benar aneh, dan kadang membuatku ingin sekali tertawa melihatnya yang setiap kali melintasi kelasku.

 

Dan masih ingat dengan tampang culunnya yang sudah lewat delapan tahun yang lalu saat aku masih di bangku sekolah.

 

Tapi kini dia berdiri dihadapanku dengan tampang dan penampilam yang sangat berbeda dari delapan tahun yang lalu.

 

Dia itu bagaikan bebek buruk rupa yang menjelma menjadi angsa yang cantik jelita.

Dia tidak memakai kacamatanya yang agak tebal itu, rambutnya tidak lagi pendek. Malah kini rambutnya panjang sebahu dengan warna coklat sama seperti dulu. Tapi kini kelihatan berkilau dan aku sangat yakin kalau aku pegang rambutnya, pasti sangat halus sekali.

 

Wajahnya sedikit merona merah, yang tiba-tiba membuatku sedikit bernafsu untuk memakannya.

 

Pakainnya juga tidak seperti masa sekolah dulu yang sering ia pakai. Rok sepanjang bawah lutut, kini sepuluh centimeter diatas lutut, menampilkan pahanya yang putih dan berisi membuatku berpikiran yang tidak-tidak tentang bagaimana bagian dalam roknya, apa semenggairahkan luarnya.

 

Bagian tubuh atasnya bahkan lebih berisi lagi. Keduanya menonjol membuat kedua tanganku ingin sekali untuk menyentuh dan meremasnya dengan sangat keras, dan bibirku menghisap puncak kedua dadanya yang pasti membuat siapapun ingin menghisapnya.

 

Sial, kehadiran tiba-tiba perempuan yang dulu sering aku olok-olok karena penampilannya yang tidak menarik, kini sangat berbeda sekali.

 

Seratus delapan puluh derajat dia berubah. Cantik. Membakar birahiku sebagai laki-laki.

 
Baca lebih lanjut

MENYESAL [SEQUEL LUKA]

47

image

VYEJUNGMIN

Lee Donghae

Han Jaekyung

Warning: typo, kata2 ambigu tolong di hiraukan saja ya, punggung saya sakit pas ngeditnya xD

 

***

 

Donghae menggeram kesal saat sambungan telponnya di putuskan secara sepihak. Ia marah pada Jaekyung yang mendadak membatalkan pertunganannya. Ia baru mengetahui sekarang, karena beberapa hari yang lalu ia pulang keapartemennya. Dan saat ia pulang kerumahnya ia mendapatkan kabar seperti itu.

 

Dengan amarah yang memuncak Donghae memukul setir mobilnya dengan keras. Berengsek sekali perempuan itu. Sebenarnya ia juga senang mendEnegar bahwa pertunangannya gagal seperti itu, tapi entah di dasar hatinya ia merasa ada sesuatu yang membuatnya kecewa.

 

Mengusap wajahnya dengan pelan, Donghae segera mengemudikan mobilnya. Menuju kearah tempat kerja Jaekyung yang biasanya. Jaekyung tadi mengatakan kalau ia berhenti bekerja disana, dan mungkin saja Jaekyung masih tak jauh dari sana, kan?

 

Setelah beberapa menit, akhirnya ia sudah sampai di depan kafe tempat bekerja Jaekyung. matanya menelusuri yang ada di dalam sana dari dalam mobilnya. Ia tidak menemukan Jaekyung dimana pun.

 

Dengan segera Donghae langsung membuka pintu mobilnya dan berjalan kearah kafe tersebut. Saat ia masuk kedalam, ia langsung di sambut oleh pelayang yang ada di samping pintu. Dengan langkah pelan, Donghae melangkah kearah salah satu kasir yang sedang tersenyum kearahnya.

 

“Ada yang ingin di pesan?” tanyanya dengan sopan.

 

“Aku hanya ingin bertanya, apa Han Jaekyung tadi kesini?” tanyanya langsung membuat kening kasir tersebut mengerut kecil.

Baca lebih lanjut

LUKA [ONESHOT]

42

image

VYEJUNGMIN

Lee Donghae

Han Jaekyung

 

.

.

 

Jaekyung berjalan dengan cepat kearah parkiran di kampusnya, Ia lupa kalau hari ini ada janji dengan Donghae. kalau saja ia tidak mampir ke perpustakan dulu, mungkin ia sudah sampai disana. Dan ini juga kesempatan untuk memberitahukan sesuatu pada Donghae.

Matanya menatap kearah pergelangan tangannya untuk melihat sudah jam berapa dan setelah mengetahuinya, Jaekyung hanya bisa mengerutuki bahwa ia sudah telat selama tiga puluh menit. Telat satu menit aja ia bisa di diamkan selama berhari-hari apalagi ini telat setengah jam. Kemungkinan yang terburuk adalah dirinya di putuskan oleh Lee Donghae.

Jaekyung berdoa dalam hati semoga saja ia tidak di diamkan atau di apakan, Jaekyung benar-benar mencintai Lee Donghae. Dengan tumpukan buku yang ada di depan dadanya, Jaekyung sangat berhati-hati sekali untuk berjalan di koridor kampus yang sudah sepi seperti ini.

Tangan kanannya ia gunakan untuk mengusap keningnya yang berkeringat akibat berlari dari perpustakaan yang ada di lantai tiga sampai lantai dasar. Bibirnya mulai merutuki bagaimana ia bisa melupakan janji dari Lee Donghae itu.

Jaekyung berhenti sebentar untuk menarik napasnya, ia lelah butuh beristirahat. Walaupun Jaekyung sangat menyukai olahraga tapi kalau di paksa lari seperti ini tetap saja akan memakan banyak tenaganya. Apalagi ia lupa untuk mengisi perutnya, itupun karena ia sibuk untuk mengerjakan tugas yang sangat mendadak dan harus di kumpulkan besok.

Betapa gilanya kehidupan mahasiswa yang ia jalani sekarang.

Setelah sampai di parkiran, Jaekyung tidak melihat adanya Lee Donghae disana. Jaekyung hanya bisa menghembuskan napasnya yang terengah-engah akibat ia berlari tadi. Dengan pelan Jaekyung berjongkok mengistirahatkan tubuhnya lagi. Hari ini ia terlalu banyak mengluarkan energinya.

Sudahlah, kalau Lee Donghae sudah tidak ada di kampus, lebih baik ia segera pergi menuju tempat kerjanya. Ia membatalkan izin tidak masuk kerjanya, daripada hanya diam seperti orang bodoh dirumah sederhana yang ia sewa satu tahun terakhir ini, lebih baik ia bekerja Sembilan untuk menambah uang jajannya.

Setelah merasa tenaganya bertambah, Jaekyung beranjak dari duduknya, berjalan keluar dari kampusnya. Hari ini mungkin ia akan pulang lebih larut dari biasanya.

 

Baca lebih lanjut

If This Was a Movie [Part 14]

64

image

Inspired: a Novel Separate Beds by LaVyrle Spencer

If This Was a Movie by Taylor Swift

VYEJUNGMIN

.

P.s; tolong bacanya sambil dengerin lagu Bauklötze by Mika Kobayashi *kalo ngga punya download xD

.

.

Jaekyung memperhatikan tubuhnya di depan cermin yang ada di hadapannya. Perutnya sudah sangat membesar dan Jaekyung merasakan bahwa bagian kakinya sedikit membengkak. Bukan hanya di kaki sebenarnya di seluruh tubuhnya kini kian ikut bertumbuh.

Siapa yang perduli? Setelah ia melahirkan bukankah ia akan menjadi seperti semula? Kalaupun tidak Jaekyung tidak akan perduli akan ada yang memandangnya atau tidak. Lagipula setelah ia bercerai dengan Lee Donghae nanti ia tidak akan berniat menacari pendamping hidupnya.

Kepalanya menoleh saat mendengar suara pintu kamarnya yang terbuka, dan terlihatlah Lee Donghae yang sudah rapih dengan pakaian kantornya. Jaekyung menolehkan kembali kearah cermin untuk memandang kembali tubuhnya, dari pada memandang Lee Donghae lebih baik memandang tubuhnya sendirikan?

“Aku pergi dulu.” Jaekyung menatap Donghae dari cerminnya. Tidak menoleh ataupun menjawab ucapan Donghae. setelah beberapa menit akhirnya Donghae pergi keluar dari dalam kamarnya karena tidak di respon oleh Jaekyung.

Dalam hati, Jaekyung tersenyum sinis melihat sekilas wajah Donghae yang kecewa seperti itu. Dan apa perduli dirinya kalau raut wajah Lee Donghae seperti itu? Sekali lagi Han Jaekyung tidak akan perduli dengan Lee Donghae setelah melihat kejadian dimana Lee Donghae membuat hatinya semakin hancur.

Setelah mendengar suara mobil Donghae, Jaekyung segera berjalan keluar dari kamarnya. Keluar dari rumah yang dulunya sangat ia sukai kini ia sangat membenci rumah ini. Lebih baik meninggalkan rumahnya selama seharian penuh daripada mendekam bak orang tolol didalam rumahnya.

.

.

Setelah pertengkaran kemarin malam dengan Jaekyung, Donghae benar-benar tidak bisa memfokuskan dirinya saat ia mengerjakan berkas-berkas yang untuk ia teliti. Donghae mengusap wajahnya yang kusut sejak pagi tadi.

Perubahan Jaekyung benar-benar sangat drastis sekali, ia tidak menyangka bahwa Han Jaekyung bisa sebegitu dinginnya itu. Donghae merasa kemarin itu bukan Han Jaekyungnya. Hah? Apa ini tidak salah? Han Jaekyungnya? Yang benar saja, walaupun sudah mengandung anaknya, dan menikahi Han Jaekyung, dirinya dari dulu tidak pernah mengharapkan wanita itu untuk menjadi pendamping hidupnya, kan?

Tapi sekarang kenapa ia malah menyebut Han Jaekyung adalah miliknya? Jangan membuat dirimu tolol begitu, Lee Donghae. ucap iner lain untuk menyadarkannya. Tangannya melirik kearah layar ponselnya. Ada beberapa pesan yang masuk dan semuanya itu hampir dari Hye Mi.

Donghae sedang tidak mood untuk berurusan dengan Hye Mi yang pasti akan membuat kepalanya semakin pusing. Cukup Han Jaekyung yang membuatnya seperti ini. Tidak ada yang boleh untuk menambah beban di pikirannya.

Dengan pelan Donghae menyenderkan punggungnya di sandaran kursi yang sedang ia duduki sekarang. Matanya terpejam mengingat bagaimana kesehariannya dengan Jaekyung. dan bibir Donghae tersenyum miris saat mengingat dirinya kurang memperhatikan Jaekyung selama ini.

Bisa di bilang Donghae adalah suami yang sangat tidak baik sekali. Pantas Han Jaekyung begitu membencinya sampai seperti ini. Andaikan waktu bisa berputar ulang kembali untuk semuanya, Donghae akan benar-benar meminta maaf pada Han Jaekyung. mengulang semuanya dari awal. Tapi ia tahu ini sudah sangat terlambat lagi.

Tidak ada kesempatan untuk memperbaiki semuanya. Donghae tahu bahwa yang merusaknya adalah dirinya sendiri bukan orang lain. Coba kalau saja dirinya tidak tergiur dengan Hye Mi ia yakin semuanya tidak akan seperti ini.

Donghae bingung, disisi lain ia merasa mulai tertarik dengan Jaekyung nyaman dengan adanya Han Jaekyung yang ada disisinya. ah, tidak dirinya memang sudah tertarik dengan Han Jaekyung saat ia melihat Jaekyung yang sering membaca buku di bawah pohon, tidak jauh dari tempat favoritnya juga untuk membaca. Saat ia masih kuliah, walaupun tidak kenal dengan Han Jaekyung dan ia mulai berani untuk mengakrabkan diri dengan Jaekyung, setelah mengetahui sifat Jaekyung yang memang sedikit keras dan terkesan cuek ia malah mulai sedikit menyukainya

Walaupun terkesan tidak perdulian dan cuek Jaekyung itu diam-diam sangat pengertian. Saat ia sakit pasti Han Jaekyung akan merawatnya dengan sungguh-sungguh. Itu yang membuatnya semakin menyukai Han Jaekyung.

Dan pikirannya memutar ulang saat ia dimana dulu terkena demam karena menunggu lama Hye Mi yang melupakan janji kencannya. Kenangan itu sungguh sangat miris sekali. Dan di lihat dari sekarang saat dengan Jaekyung, begitu sangat di perhatikan sekali.

Yah, walaupun tanpa ucapan selamat pagi atau tanpa ciuman pagi, setidaknya Donghae sangat mensyukuri Han Jaekyung yang begitu perhatian. Dan otaknya memutar bagaimana untuk mengembalikan Han Jaekyung seperti itu lagi? Sepertinya itu tidak bisa, karena kesalahannya.

Matanya yang semula terpejam, kini ia membukanya dengan perlahan, menampakan seseorang yang ada dihadapannya dengan senyum khasnya. Cho Kyuhyun. “ada apa?” tanya Donghae sambil membuka kembali berkas yang sempat ia lupakan tadi.

“Hanya mengunjungi direktur muda saja. Kenapa? Tidak boleh?” Kyuhyun berjalan kearah dimana Donghae duduk, lalu langsung duduk di kursi yang ada di depan meja kerja Donghae. “sebenarnya aku kesini ingin meminta ijin untuk membawa Jaekyung pergi.” Ucapan Kyuhyun kali ini sontak membuat kepala Donghae langsung mendongak. Lalu matanya menyipit memandang Kyuhyun yang sedang memaikan beberapa bolpoin yang ada di mejanya.

“Tidak. Kandungannya sudah sangat membesar.” Tolak Donghae langsung membuat Kyuhyun mengecurutkan bibirnya.

“Hanya sehari saja. Aku merasa kasihan saja pada Jaekyung, aku yakin dia sangat kesepian dirumahnya.” Kyuhyun balas memandang Donghae, “ayolah hanya sehari ini saja. Aku membawa Jihyo, lagipula ini juga rencannya Jihyo, dia sudah sangat merindukannya.” Donghae diam mendengarkan ucapan Kyuhyun tadi.

“Baiklah. Hanya hari ini saja.” Akhirnya Donghae memberikan ijin tersebut pada Kyuhyun yang langsung membuat Kyuhyun langsung tersenyum lebar.

“Sankyu~ sebenarnya Jaekyung sudah ada di dalam mobilku.” Kini Donghae melotot mendengar ucapan Kyuhyun kali ini. Benar-benar Cho Kyuhyun ini.

Baca lebih lanjut

[Drable] Lemon

29

image

VYEJUNGMIN

Han Jaekyung
Lee Donghae

Well, aku tidak tahu apa yang aku rasakan sekarang. Disini aku tidak tahu harus berbuat apa. Aku melihatnya di depan pintu apartementu dengan tatapan menusuk serta nafasnya yang memburu.

Aku tidak tahu apa yang bisa membuatnya sampai tahu bahwa aku ada di jepang. Padahal aku sudah pergi diam-diam tanpa memberitahukan semua orang dirumah.

Tapi kenapa dia bisa tahu bahwa aku ada disini? Saat dia sedikit lengah, aku hampir bisa menutup pintu apartementku, tapi dia malah mendorongnya dengan sekuat tenaga dan itu membuatku hampir saja jatuh kalau saja dia tidak menarik tanganku dan kini aku sudah ada di pelukannya.

Pintu apartementku di tutupnya dengan kasar lalu tak lupa juga ia menguncinya dengan cepat. Dia menoleh kearahku yang membuatku tidak mempunyai nyali untuk membalas tatapannya.

“Sudah aku bilang berapa kali? Kau pergi kemanapun aku pasti tahu kau ada di mana!” Ucapnya keras membuatku menutup kedua telingaku.

Baca lebih lanjut

Balas Dendam

9

image
image

Kuroko no Basuke by Tadatoshi Fujimaki

Balas Dendam by VYEJUNGMIN

Hanamiya Makoto x Momoi Satsuki

***

Saat aku pulang dari minimarket yang terdekat dari rumahku, mataku tidak sengaja melihat salah satu pemain basket dari Kirisaki Dai Ichi di seberang halte bus sana. Saat aku menatapnya, tiba-tiba saja dia menoleh kearahku yang membuatku langsung membuang muka kearah lain.

Hanamiya Makoto, kapten sekaligus pelatih dari Tim Basket Kirisaki Dai Ichi. Setelah melihat permainan timnya yang sangat kasar saat bertanding dengan Seirin, membuatku sedikit takut dengannya. Apalagi saat pertandingan itu selesai dan dia berteriak sangat keras membuatku bergetar karena teriakannya.

Aku kembali menatap kearahnya yang sedang menunggu bus datang. Kalau di teliti lebih jelas lagi Hanamiya memliki wajah yang yah boleh aku akui kalau dia tampan, tapi dengan raut wajah yang datar seperti itu membuatnya terkesan sangat dingin dan seram. Apalagi rambut panjang berwarna hitam dengan bagian atasnya yang lebih terang, dan mempunyai mata yang begitu gelam. Terkesan bahwa dia adalah orang yang tidak akan memberi ampun pada lawannya.

Setelah cukup lama aku berhenti hanya untuk melihatnya, aku segera melanjutkan perjalannku yang tertunda akibat aku melihat Hanamiya disana. Tapi sebelum aku beranjak untuk pergi, aku tidak sengaja bahwa aku melihat bibirnya membentuk senyuman yang membuat perasaanku tidak enak.

Dia benar-benar sangat mengerikan. Walapun jauh dari sini aku bisa merasakan aura kejamnya seperti saat ia bertanding dengan Seirin. Aku tidak tahu kenapa orang sepintar, secerdas dia kenapa dia malah mempunyai sifat menyeramkan sekaligus menyebalkan seperti itu. Tapi kalau di ingat-ingat lagi, bukan kah orang cerdas itu rata-rata seperti dia? Aku mengangkat bahuku pelan, tidak perduli dengan kehadirannya yang di halte bus tadi.

Baca lebih lanjut

If This Was a Movie [Part 13]

57

image

Inspired: a Novel Separate Beds by LaVyrle Spencer
If This Was a Movie by Taylor Swift

VYEJUNGMIN
***

Ke esokan harinya Jaekyung bangun pagi-pagi sekali dari biasanya. Setelah ia meninggalkan Donghae sendirian di ruang tv tadi malam Jaekyung tidak bisa tidur karena kejadian sore yang ia lihat dan ia dengar. Sampai saat Donghae masuk kedalam kamarnya Jaekyung langsung berpura-pura untuk tidur.

Sebenernya Jaekyung enggan sekali untuk tidur didalam kamarnya, karena menurut dirinya kamar itu sudah sangat menjijikan. Maka dari itu saat matahari belum menampakan keeksisentisannya Jaekyung langsung beranjak dari kasurnya meninggalkan Donghae yang masih terlelap dalam tidurnya.

Sebelum keluar dari kamarnya, Jaekyung membersihkan tubuhnya terlebih dahulu. Setelah beberapa menit selesai membersihkan dirinya dan berpakaian rapi Jaekyung langsung keluar dari dalam kamarnya dan menunju kearah dapur untuk membuat sarapan paginya.

Tangannya mengambil pisau yang ada di rak tersebut. Kepalanya kembali mengingat kejadian kemarin sore. Gigi Jaekyung bergemelutuk sedikit bagaimana mengingat suara mereka yang memuakan itu. Dengan pelan Jaekyung menghembuskan napasanya. Kalau di ingat lagi itu bukan urusannya. Mulai sekarang dirinya tidak akan ikut campur dengan kehidupan Lee Donghae itu.

Mau dia selingkuh, mau dia apa Jaekyung tidak akan ikut campur. Lagi pula pernikahan ini bukan keinginan dari kedua belah pihak, keduanya sama-sama tidak setuju, itupun setuju karena keluarganya dan keluarga Lee Donghae tidak mau menanggung malu.

Kalaupun tidak menikah juga ia akan benar-benar mengurus anaknya. Tidak perlu bantuan dari laki-laki yang masih tertidur itu. Tangan Jaekyung memegang gagang pisau tersebut dengan kuat, rasanya ia ingin menusukan mata pisau ini kedalam perut Lee Donghae yang masih tertidur itu. Bukankah itu ide yang sangat bagus untuk menusuknya? Tapi Jaekyung masih mempunyai akal sehat, membunuh karena cemburu? Mati saja sana.

Dengan menundukan kepalanya dan menghembuskan napasnya pelan, Jaekyung melangkah kearah kulkas yang ada di belakangnya. Walapun dalam mood yang tidak bisa di bilang baik, Jaekyung akan melakukan tugasnya sebagai istri yang baik, menyiapkan sarapan untuk suaminya yang lelah karena kegiatan kemarin sore.

Beberapa menit sudah ia berkutat dengan dapur, akhirnya ada beberapa makanan yang sudah selesai. Tinggal mengangkat panci kecil yang berisi sup miso yang ia buat untuk sarapan paginya. Saat ia membalikan tubuhnya, ia tersentak pelan karena mendapatkan Lee Donghae yang sudah duduk di kursi sambil menuangkan air putih kedalam gelasnya. Sejak kapan dia sudah ada disana?

“Selamat pagi.” Sapanya pada Jaekyung yang masih terpaku di tempatnya. Setelah menenangkan rasa keterkejutannya tadi, Jaekyung kembali melangkah kearah meja makan untuk menaruh panci yang ia bawa tadi.

Baca lebih lanjut

Dishonesty

18

VYEJUNGMIN

Aku menoleh kearah samping saat seseorang menyentuh pundakku, keningku mengerut melihatnya berlari-lari seperti ini. Setelah ia sampai di sampingku, dengan segera aku menyuruhnya untuk duduk dan tidak lupa memberikannya air untuk minum.

Dengan sabar aku menunggunya untuk berbicara, karena yang aku lihat ia masih tidak bisa menetralkan pernapasannya setelah ia berlari entah dari mana dan sampai ketempatku sekarang. Aku sengaja menghentikan kegiatan membaca buku sejarah yang baru saja aku pinjam dari perpustakaan.

“Aku melihatnya!” keningku berkerut saat ia mengatakan tidak jelas itu padaku. Dia menghela napasnya karena aku tidak mengerti dengan ucapannya itu, “aku melihat kekasihmu sedang berciuman di halaman belakang kampus kita, di bawah pohon maple. Astaga! Dia itu benar-benar bajingan!” ucapnya dengan kasar. Aku hanya bisa menghela napasku pelan.

“Ah, jadi ini masalahnya? Lalu kenapa? Bahkan aku sudah sering melihatnya pergi kencan dengan wanita lain.” Balasku tidak perduli. Aku kembali membaca buku sejarah lagi. Aku sekilas meliriknya dari ekor mataku, dan ia terlihat sedang menjambak rambutnya dengan frustasi. Aku tahu kalau dia itu sedang menahan amarahnya karena aku begitu tidak perduli dengan bagaimana hubunganku dengan kekasihku.

“Kau tidak cemburu?” dia menghela napas saat mengatakan itu padaku.

Dengan gerakan pelan aku menutup bukuku lalu aku masukan kedalam tasku. Membaca buku sejarah kalau tidak fokus itu sama saja bohong. Tidak akan mendapatkan ilmu yang kita abaca tadi.
Baca lebih lanjut

Fated To Love You [Part 2]

33

Vyejungmin

For all, maaf buat keterlambatan saya yang ngepost ini ff. hehehe gomen ne!!

Ah, ini  flashback yah, jadi ini aku certain tentang awal mereka bisa jadi gitu. Kkk~

 

 

***

FLASHBACK

 

“Kalian melihat Jaekyung?” aku menolehkan kepalaku kearah samping kiriku saat telingaku mendengar suara orang yang sangat aku kenal. Dan saat aku melihat kepala itu menyembul dipintu lab komputer, dan aku langsung menelungkupkan badanku agar aku tidak ketahuan oleh temanku kalau aku sedang bersembunyi disini.

Hari ini adalah hari di mana semua kelas melakukan pertandingan, ini akhir semester pertama kami dan setiap akhir semester pasti akan di adakan acara seperti ini, jadi bisa disebut dengan nama Porak. Ugh! Aku malas sekali untuk mengikuti perlombaan atau menjadi pendukung teman-teman sekelasku.

Memang kedengarannya aku ini tidak kompak sekali dengan teman-temanku, tapi mau bagaimana lagi kalau aku sedang malas sekarang? Tapi dalam hatiku juga aku merasa tidak enak dengan mereka semua yang sedang teriak-teriak untuk menyemangati yang sedang berusaha di bawah sana.

Tapi sekali lagi, aku semakin menelungkupka badanku agar aku tidak terlihat lagi oleh temanku yang sangat aku pastikan akan menyeretku dengan paksa. Lebih baikan aku disini, bermain di dunia maya sepuas-puasnya. Biarkan kepala pusing karena terlalu lama memandang layar datar ini, yang terpenting hatiku terpuskan.

Tanganku semakin cepat menggerakn mouse yang sedang aku pegang, mataku juga semakin melotot memandang layar di depanku. Tapi beberapa detik kemudian kepalku langsung mundur sedikit jauh. “apa yang sedang kau lakukan sekarang?” wajah Min Ah berada di depanku sekarang dan aku langsung memandangnya dengan datar.

Sial, padahal tadi aku sangat yakin sekali kalau Min Ah sudah pergi dari ruangan ini. Aku juga yakin kalau Min Ah hanya muncul di depan pintu ruangan ini. Ah, kalau sudah ketahuan seperti ini aku sangat yakin kalau teman-temanku yang lain tidak akan melepaskaku begitu saja.

Aku tersenyum melihatnya yang masih memandangku begitu dengan senyumannya yang sangat mengerikan ini. “hallo, sebentar lagi bisa? Soalnya ini sangat tanggung sekali, ini sedang seru-serunya.” Ucapku memohon padanya. Aku tidak berbohong dengan ucapanku ini. Jadi disini aku sedang membaca komik, dan ini bagian yang sangat seru sekali. Tapi mau bagaimana lagi kalau Min Ah sudah menggangguku seperti ini.

“Matikan komputernya lalu kita turun kebawah!” ucapnya lalu melirik kearah jam tangannya, “tinggal lima menit lagi dan pertandingan voli kelas dua akan selesai, dan ini waktu untuk kelas kita yang akan bertanding dengan kelas satu.” Jelasnya panjang lebar. Min Ah, walaupun kau menjelaskannya dengan lantang tetap saja masuk telinga kanan keluar telinga kiri, jadi kesimpulannya adalah aku tidak mendengarkannya.

“Cepat atau kau akan tahu bagaimana nanti nasib ponselmu di tangan teman-teman kita di bawah!” Min Ah berucap kembali membuatku sadar bahwa ponselku tidak ada di dalam saku depanku atau di manapun aku bisa melihanya.

Aku menganggukan kepalaku mengikuti permintaanya, dengan sangat tidak rela sekali aku mematikan komputer yang ada di depanku. Ah, komik yang sedang ku baca tinggal beberapa page lagi, kenapa haru datang pengganggu seperti ini? Tapi sudahlah, aku bisa membacanya lain waktu saja.

Jadi aku bernajak dari dudukku, mengikuti langkah Min Ah yang sudah sedikit jauh dari tempatku berdiri. Hari ini aku yakin sekali akan pulang sore. Padahal aku berniat untuk pulang lebih cepat dan tidur di kamarku yang sangat nyaman itu.
Baca lebih lanjut

If This Was a Movie [Part 12]

74

Inspired: a Novel Separate Beds by LaVyrle Spencer
If This Was a Movie by Taylor Swift

VYEJUNGMIN
***

Hye Mi memejamkan matanya, ia masih memikirkan pertemuannya dengan Donghae tiga minggu yang lalu. Sudah lama sekali, bukan? Entah bagaimana pertemuannya saat itu selalu saja memenuhi otaknya. Tangannya dengan pelan mengusap keningnnya. Hye Mi benar-benar pusing akan semuanya.

Ia bagun dari tidurnya, hari sudah mulai gelap dan ia baru sampai di kamarnya beberapa menit yang lalu. Hari ini Hye Mi mengikuti Donghae kekampus dan kemanapun Donghae pergi pasti Hye Mi mengikutinya. Sampai Hye Mi tahu dimana tempat tinggal Donghae yang baru. Untung saja saat ia mengikuti Donghae beberapa hari ini, ia tidak ketahuan oleh Donghae itu patut sekali di syukuri.

Hye Mi membuka syal yang melilit lehernya bulan November yang sudah mulai agak dingin. Oh, Hye Mi sebenarnya tidak menyukai musim dingin yang akan datang. Tentu saja seorang Park Hye Mi tidak menyukai jika ia harus memakai pakaian yang sangat tebal untuk ia pakai.

Setelah membuka syal dan meletakan di meja riasnya, ia beranjak berjalan kearah kamar mandi yang sebelumnnya ia mengambil baju handuknya di dalam lemari miliknya. Setelah itu ia masuk, menimbang-nimbang apakah ia harus berendam di air hangat atau mandi biasa saja. Sialan, kenapa hal terkecil ini saja harus menimbang-nimbang seperti ini? Seperti orang bodoh pikirnya dalam hati.

Perkataan Donghae tiga minggu yang lalu itu yang sebenarnya mengusik semua ketenangannya. Kalau saja Donghae tak mengucapkan seperti itu tentu saja tidak akan membuatnya seperti ini. Hye Mi memejamkan matanya, setelah berdebad keras dengan dirinya sendiri akhirnya ia memilih berendam.

“Aku menghamili Jaekyung saat kita mengakhiri hubungan kita waktu itu. kau ingat saat bulan april itu? Kalau kau ingat saat itu juga aku meniduri Jaekyung karena aku merasa bingung dengan apa yang kau tolak waktu itu. Kalau saja kau tak menolak apa yang aku ucapkan waktu itu, ini akan sangat di pastikan kejadian seperti ini tidak akan pernah terjadi.”

Rahang Hye Mi sedikit mengeras. Ia benar-benar tidak menyangka apa yang terjadi sebenarnya seperti ini. Donghae sekarang masih tetap menjadi Donghaenya yang dulu. Tidak ada perubahan sedikitpun darinya. Ia berubah hanya berpura-pura untuk meninggalkannya.

Matanya memanas, perlahan air matanya mengalir di kedua pipinya, “maafkan aku, saat itu kau tahu bahwa aku masih bingung dengan pilihanku saat itu. Tapi setelah aku mendengar kau akan menikah, rasanya aku benar-benar tahu bagaimana rasanya akan kehilangamu. Aku menyesal.”
Baca lebih lanjut