If This Was a Movie [Part 8]


Inspired: a Novel Separate Beds by LaVyrle Spencer
If This Was a Movie by Taylor Swift

Warning: TYPO EVERYWHER!!! Jadi kalo ada Typo bilang yahhh :*

***

“Hari ini kau akan kemana?” tanya Donghae yang duduk di samping Jaekyung.

“Mungkin setelah pulang kuliah aku akan langsung pulang. Sebenarnya aku akan pergi ke taman bermain bersama Gikwan—”

“Oh, Gikwang.” Donghae menyela ucapan Jaekyung dengan nada sarkatis.

“Kau memotong ucapanku.” Tukas Jaekyung tak suka.

Jaekyung diam. Tak menghiraukan Donghae yang kelihatannya bersungut-sungkut karena dirinya menyebutkan nama Gikwang. Entah dia sendiri tak tahu kenapa Donghae tak menyukai Gikwang. Padahal dia tahu sendiri bahwa Gikwang adalah sahabatnya, malah dia juga pasti tahu kalau Gikwang sudah punya kekasih. Jadi masalahnya apa? Jaekyung hanya bisa menggelengkan kepalanya.

Mobil melaju dengan mulus. Ini masih masih pagi, tapi Donghae sudah membuatnya naik darah seperti ini. Entahlah, setiap laki-laki itu membuka suara selalu saja membuat Jaekyung terbawa emosi. Kalau dalam kategori, ucapan Donghae itu tak masuk nominasi ucapan setan, melainkan biasa saja. Tapi tak tahulah menurut Jaekyung sendiri.

Pagi ini Donghae menjemputnya, mengetuk pintu rumahnya dan meminta ijin pada kedua orang tuanya untuk meminta Jaekyung berangkat dengannya. Jaekyung yang pada saat itu baru saja keluar dari dalam kamarnya hanya bisa mendengus kesal melihat Donghae yang sok ramah pada orang tuanya. Ah, tapi kenyataan kalau memang Donghae itu ramah dan baik.

“Aku ingin bertanya,” Jaekyung membuka suaranya setelah sekian menit atmosfer didalam mobil begitu hening. Membuat Jaekyung tak menyukainya.

“Silahkan.” Donghae menjawab singat. Masih menatap pandangan depannya dan berkonsentrasi terhadap mengendarai mobilnya.

“Kau cemburu?” tanya Jaekyung langsung. Donghae yang mendengar pertanyaan itu hanya menyerit tak mengerti dengan ucapan Jaekyung.

“Maaf aku tak mengerti,”

“Kau cemburu kalau aku dekat-dekat dengan Gikwang?” tawa Donghae langsung membahana. Jaekyung hanya meliriknya sekilas dan tak suka dengan respon yang di berikan Donghae padanya. Sialan. Rutuk Jaekyung dalam hati.

“Oh, Please, stop your laugh,”

“Aku tak tertawa. Pertanyaanmu itulah yang membuatku ingin tertawa.”

“Aku membencimu.”

“Oh, Jaekyung-ah. Ok, aku akan menjawabnya. Aku hanya tak suka bahwa kau dekat dengan laki-laki selain diri—”

“Itu namanya cemburu bodoh,” ucap Jaekyung dengan nada sarkatis.

“Kau memotong ucapanku,” balas Donghae dengan ucapan yang sama seperti Jaekyung beberapa menit yang lalu. Jaekyung kembali mendengus pelan. “Aku melihatnya dari tatapan matanya terhadapmu, setiap kali ia menatapmu matanya pasti berseri-seri. Bukankah itu artinya ia jatuh cinta padamu?” Jaekyung menoleh kearah Donghae dan tangan Jaekyung langsung memukul kepala Donghae.

“Kau memukul kepalaku,” Donghae tak terima. Ia mengelus-elus kepalanya yang sedikit kesakitan akibat pukulan Jaekyung.

“Ck! Dia itu sudah punya kekasih. Lagi pula aku dan Gikwang itu hanya sebatas sahabat. Oh, ini pembicaraan yang sia-sia.”

“Sudah. Tutup mulutmu.”

“Aku juga berniat menutup mulutku.”

***

Jaekyung membuka buku yang ada dihadapannya dengan malas. Hari ini satu tugas bertambah dan harus di kerjakan secepat mungkin. Rasanya ia ingin sekali mengutuk dosennya dengan apa saja. Apa dia tak pernah berfikir? Tugas yang ia berikan saja belum di kerjakan apa lagi ini bertambah lagi. Hari ini benar-benar sangat menyebalkan untuk Jaekyung.

Tidak ada kah hari ini yang benar-benar membuatnya bahagia. Dia sudah cukup kesal pagi tadi karena perdebatan tolol dengan Donghae di dalam mobil pagi tadi. Dan saat ia masuk kelas pertamanya ia sudah di berikan tugas kembali oleh Dosennya. Hari ini tolol, dan ia tak menyukainya.

Dan sial, ia lupa kalau pagi ini ia tak sempat sarapan di rumahnya. Padahal Ibunya sendiri sudah memasak sarapan paginya, tapi dia menolaknya karena sudah ada Donghae di ruang tamu di rumahnya. Jaekyung mendengus pelan, kembali ia mencatat beberapa kata yang penting dari buku tersebut.

Jaekyung mendongak saat botol air mineral ada dihadapannya. Ia mendapatkan Donghae yang sudah duduk dihadapannya. Ia membawa botol mineral untuknya dan minuman kaleng di tangan kirinya yang pasti milik Donghae.

“Aku tahu, kau pasti haus. Minumlah. Dan aku akan mengerjakan tugasmu. Berikan buku dan pulpenmu. Aku tahu kau pasti lelah, dan kau belum memakan nasi dari pagi, jadi aku akan mengerjakannya dengan cepat setelah itu aku akan mengajakmu ke kantin dan makan.” Ucap Donghae sambil menatap tepat kemanik mata milik Jaekyung.

Jaekyung sendiri hanya bisa menatapnya tak percaya. Pagi tadi Donghae bersikap menyebalkan pada dirinya. Tapi lihat sekarang, dia seperti jelmaan antara Iblis dan Malaikat. Jaekyung yang mendapatkan bantuan, langsung saja ia memberikan buku-buku serta pulpen yang ada dihadapannya ia berikan pada Donghae.

Tugasnya baru ia selesaikan setengah, dan setengah lagi ia berharap Donghae mengerjakannya selesai. Dan setelah itu ia keluar dari perpustakaan ini dan pergi ke kantin untuk memenuhu isi perutnya yang lumayan sudah membrontak ingin di isi.

“Kau bawa sesuatu untuk di makan?” tanya Jaekyung dengan suara pelan.

“Ah, iya aku lupa aku membawa makanan ringan untukmu. Kau ambil saja di dalam tasku.” Balas Donghae masih berkonsentrasi dengan tugas milik Jaekyung.

“Tasmu masih ada di punggungmu. Kau bisa melepaskannya?” Jaekyung berucap malas.

Donghae mendongakan kepalanya. Ia meletakan pulpen milik Jaekyung di meja, ia melepaskan tasnya dan memberikan pada Jaekyung yang langsung di terima oleh Jaekyung. Dan setelah itu ia langsung mengerjakan tugas milik Jaekyung kembali.

“Semoga saja aku tak di usir dari perpustakaan ini karena aku makan.” Ucap Jaekyung pelan. Donghae menatapnya sebentar lalu melanjutkan tugas milik Jaekyung kembali.

Jaekyung dengan cepat memakan makanan yang di bawakan oleh Donghae. Ia cukup bersyukur karena ia mengerjakan tugas di tempat yang paling pojok dan jauh dari penjaga perpustakaan. Ah, ia sontak mengentikan kegiatan makannya, ia mengerjakan tugas di tempat yang paling pojok dan kenapa Donghae bisa menemukannya di sini?

Perlahan Jaekyung mendongakan kepalanya, melihat Donghae yang sedang serius mengerjakan tugas miliknya, kening Donghae sesekali berkerut mungkin saja akibat tugas milik Jaekyung memang agak susah, tapi setelah kekerutan itu hilang dan diganti dengan senyuman tipisnya.

“Kau masih banyak tugas?” tanya Donghae di sela-sela menulisnya. Jaekyung mendongak kembali setelah ia kembali melanjutkan makannya. Jaekyung menganggukan kepalanya.

“Masih sangat banyak. Eh, err—tidak juga, kebanyakan tugas kelompok. Kalau tugas individu Cuma hanya ada beberapa. Mungkin kalau di hitung ada dua dan di tambah kau yang mengerjakannya itu berarti ada tiga. Yang dua sudah aku selesaikan malam tadi.” Jawab Jaekyung, tangannya mengambil botol air mineral tersebut dan langsung ia teguk.

Donghae hanya bisa menatapnya dan ia kembali mengerjakan tugas milik Jaekyung kembali. Ia harus cepat-cepat mengerjakannya karena hari ini tiba-tiba saja nenekknya menginginkan ia dan Jaekyung berkunjung kembali kerumahnya.

Tangannya dengan lincah menekuri buku yang ada di hadapannya. Ia ingin sekali mengutuk dosen yang memberikan tugas seperti ini pada Jaekyung. Yang benar saja tugas ini benar-benar sangat menyebalkan dan ia pastikan bahwa dosen yang memberikan tugasnya itu pasti dosen dingin itu.

“Jadi hari ini kau akan kemana?” Donghae membuka suara lagi. Matanya masih fokus dengan huruf-huruf kecil di depannya tangannya masih dengan lincah menulis di buku.

“Hari ini aku langsung pulang. Gikwang ada acara dengan keluarganya dan Hye Ji sendiri harus mengantar Ibunya berberlanja. Jadi apa yang aku harapkan disini? Berkeliling kampus? Menjelajahi perpustakaan? Oh, yang benar saja lebih baik aku pulang dan aku pasti akan senang bertemu dengan sang pujaan hatiku.” Tukasnya dengan nada malas.

Donghae yang mendengar tuturan kata terakhir Jaekyung dengan cepat ia menghentikan kegiatan menulisnya, mendongak menatap Jaekyung dengan mata menyipit tak suka.

“Pujaan hati?” tanyanya tak menghiraukan nada seperti seoarang yang sedang cemburu.

“Yah, pujaan hatiku. Memangnya kenapa?” jawab Jaekyung polos. Masih tak sadar dengan ucapannya.

“Bahkan sebelum menikah kau sudah mempunyai seorang simpanan. Bagus sekali, Han Jaekyung.” Mata Jaekyung melotot tak terima dengan ucapan Donghae. Apa yang dia bilang tadi? Simpanan. Yang benar saja. Kalau mau ia juga akan segera mengejar-ngejar seorang Kim Jaejoong itu.

“Apa maksudmu. Aku bahkan tak mempunyia seorang laki-laki spesial di hatiku sekarang,” ujar Jaekyung berang. Menatap tepat di manik mata milik Donghae.

Donghae memutar bola matanya malas. Tangannya sudah tak bergerak untuk menulis lagi, melainkan kedua tangannya terkepal kuat di atas meja. Matanya membalas menatap mata milik Jaekyung. Dan dia melihat sekilias kilatan kekecewaan di manik mata Jaekyung.

Perlahan Jaekyung mengusap wajahnya dengan pelan, “aku mengerti, yang aku maksud dengan pujaan hatiku itu adalah kasurku, kamarku, dan semua yang ada didalam kamarku. Astaga! Kau ini benar-benar cepat sekali cemburu Lee Donghae,” dalam hati Jaekyung terkiki geli. Ia baru sadar dengan ucapannya yang membuat Donghae begitu berang dan sampai-sampai mengentikan mengerjakan tugas miliknya.

“Tenanglah, sebelum aku kehilangan urat Maluku, aku tak akan mengejar-ngejar Kim Jaejoong. Kau tahu pasti siapa dia. Ehmmm…kalau aku tak salah bukankah kalian berdua satu fakultas? Ah, menyenangkan sekali.” Ucap Jaekyung dengan nada mengejek dan menggoda. Donghae sudah kembali mengerjakan tugas miliknya, tapi tubuhnya menegang saat ia mengatakan nama Kim Jaejoong tadi. Ini benar-benar kegiatan yang sangat menyenangkan.

“Geez..berhentilah mengoceh!” ucap Donghae di sela-sela giginya. Ia cukup kesal dengan ucapan Jaekyung tadi. Tanpa sadar ucapan Jaekyung tadi mengibarkan bendera permushan terhadap Kim Jaejoong yang sok tampan itu.

Jaekyung yang melihat wajah Donghae yang terlihat kesal itu hanya bisa terkiki geli. Ia tak pernah melihat wajah Donghae yang seperti itu. Jaekyung benar-benar menikmati raut wajah Donghae yang terlihat kesal itu.

Setelah puas melihat wajah milik Donghae, Jaekyung kembali menikmati makanan ringan milik Donghae. Sesekali ia memainkan ponselnya bosan, kadang menatap tangan Donghae yang masih saja menulis di bukunya. Ia menghembuskan napasnya pelan. Ini benar-benar membuatnya suntuk, Donghae benar-benar sudah berkonsentrasi dengan tugas miliknya.

Ternyata Donghae lebih menyenangkan untuk di ajak berdebat saeperti tadi. Kalau sudah menutup mulutnya seperti ini benar-benar membuatnya bosan. Dirinya bukan jenis orang yang pendiam, ia jenis-jenis orang yang super aktif tapi kalau ia sendiri sudah diam ya sudah ia akan selalu diam terus dan tak akan membuka suara walapun seseorang yang terus-terusan mengajaknya berbicara.

“Masih banyak yah? Aku sudah bosan. Tak ada yang harus aku kerjakan disini, aku harus berbuat apa?” ucap Jaekyung sambil menghembuskan napasnya pelan.

Donghae mengentikan kegiatan menulisnya, “sebentar lagi. Beberapa baris lagi akan selesai. Tugas ini kapan di kumpulkannya?” tanya Donghae kembali menulis.

“Hari ini di kumpulkan,” ucap Jaekyung pelan.

“Bersabarlah, sebentar lagi akan selesai.” Jawab Donghae.

Jaekyung merebahkan kepalanya di atas meja. Lebih baik ia memejamkan matanya sebentar, menunggu Donghae menyelesaikan tugasnya dan kalaupun ia tertidur Donghae pasti akan membangunkannya kan? Tak mungkin jika Donghae meninggalkan dirinya sendiran disini. Jaekyung berani bertaruh, setakperdulinya Donghae terhadap seseorang yang tak ia sukai, ia pasti mempunyai hati nurani untuk membantunya bengunkan. Jadi lebih baik ia tidur.

Yah, tidur itu menyenangkan sekali. Matanya terpejam, bibirnya melukiskan senyuman tipis.

***

Donghae meregangkan tangannya. Rasanya tangannya begitu sakit sekali. Ia melihat kearah pergelangan tangannya, sudah jam dua siang. Ah, ternyata ia sudah ada disini selama satu jam lebih ternyata. Tugas ini benar-benar membuatnya kelelahan seperti ini. Ia berfikir untuk apa ada internet tapi tetap harus menyalin dari buku-buku di perpustakaan seperti ini. Ternyata Dosen dinginnya itu masih tetap tak pernah berubah.

Hei, siapa wanita di depannya itu? Tanya Donghae tolol pada dirinya sendiri. Ia menggaruk-garuk belakang kepalanya, untuk apa ia ada didalam perpustakaan kalau tak ingin bertemu dengan calon istrinya. Ternyata calon istrinya tertidur dihadapannya. Mungkin saja karena lelah menunggu dirinya yang mengerjakan tugas.

Ia menolehkan wajahnya kesamping, melihat wajah Jaekyung yang tertutup oleh rambut berwarna merah kehitamannya itu. Wajahnya begitu lelah, dan polos berbeda sekali dibandingkan saat Jaekyung tersadar dari alam mimpinya.

Perlahan ia memajukan wajahnya, mengecup pipi Jaekyung yang merona. Ah, akhir-akhir ini ia sering sekali mencuri-curi ciuman pada Jaekyung. Entahlah, kegiatan seperti ini membuat ia bahagia. Serasa kupu-kupu yang ada didalam perutnya mengepakan sayapnya lalu bertebangan.

“Jaekyung-ah, kau mau tidur didalam perpustakaan sampai malam, uh?” Donghae mngguncang-guncang tubuh milik Jaekyung dengan pelan.

Tubuh Jaekyung masih diam tak ada respon sedikit pun. Donghae hanya menatap tubuh Jaekyung dengan tatapan datarnya. Yang benar saja, wanita ini benar-benar bisa tidur di tempat mana saja dan dalam posisi apa saja. Di mobilnya, sekarang di dalam perpustakaan.

Ia berfikir apakah ia menggendongnya? Err—tidak-tidak itu benar-benar sangat memalukan. Bisa-bisa semua orang yang melihatnya akan berteriak kaget dan tak percaya. Jadi lebih baik ia membangunkan Jaekyung yang seperti orang mati.

“Han Jaekyung,” teriak Donghae didekat telinga milik Jaekyung. Donghae sedikit mencium bau anggur di dekat telinga Jaekyung. Kepalnya yang baru saja menjauh kini mendekat kembali. Menghirup aroma milik Jaekyung, matanya terpenjam menikmati sensai akibat ia menghirup aroma milik Jaekyung.

Matanya terbelalak kaget. Ini buka tujuannya, tujuannya yaitu; membangunkan Jaekyung lalu mengajaknya pergi kekantin lalu kerumah neneknya—itupun kalau Jaekyung menerima ajakannya—, bukan menikmati aroma Jaekyung. Donghae hanya bisa merutuk dirinya sendiri.

“Han Jaekyung,” bisik pelan Donghae di telinga Jaekyung. Badan Jaekyung memberikan respon sedikit. Badanya bergidik pelan. Matanya perlahan mengerjap-ngerjap tak fokus.

Donghae hanya bisa tersenyum pelan melihat Jaekyung yang sedang menutup mulutnya akibat menguap. Kepalanya mendongak keatas matanya menyipit, perlahan tangannya mengusap kedua matanya pelan yang merasa buram.

“Jam berapa sekarang?” tanya Jaekyung dengan suara serak. Tangannya reflek menutup mulutnya yang menguap. Ia memandang Donghae yang sedang membereskan buku miliknya dan di masukan kedalm tasnya.

“Jam tiga siang. Ternyata tugasnya banyak sekali, tidak heran kalau dosen itu banyak yang tak menyukainya. Tsk! Lebih baik kau tak usah mengerjakannya atau lebih baik kau bisa mengcopy milik temanmu atau apalah.” Donghae berucap sebal. Jaekyung yang melihatnya hanya bisa menyipitkan matanya tak suka dengan ucapan Donghae.

“Sudahlah. Tak usah di pikirkan, lagipula tugasnya sudah selesaikan?” tanya Jaekyung dengan mata yang sayu dan suara serak khas orang bangun tidur, sedangkan Donghae yang mengerjakannya hanya mendengus kesal.

“Tentu saja sudah selesai. Aku minta imbalannya. Ehm…, aku ingin kau menciumku,” ucap Donghae pelan. Walaupun ucapan Donghae teramat pelan, tetap saja Jaekyung masih bisa mendengarnya dengan jelas. Tangannya dengan reflek memukul kepala Donghae pelan.

“Ish! Kau ini. Sudahlah, aku lapar dan aku ingin segera mengumpulkan tugas itu,” ketus Jaekyung sambil mengambil tasnya yang ada di hadapannya dan melangkah pergi meninggalkan Donghae yang sedang mengelus-elus kepalanya.

Perlahan kedua sisi bibirnya menarik kesamping, menciptakan senyuman tipis yang membuat siapapun pasti akan terpesona oleh senyumannya. Tapi ia merasa heran, Jaekyung sepertinya tak pernah terlihat terpesona oleh senyumannya.

Oh, tidak. Bukannya belum terpesona, melainkan dirinya belum pernah tersenyum tipis seperti ini. Atau ia sudah pernah memamerkannya ah, dia sendiri juga tak ingat. Dengan cepat Donghae mengambil tasnya dan memakainya di punggungnya, ia melangkah dengan cepat untuk mengejar Jaekyung yang sudah jauh darinya.

“Donghae-ya,” tepat suara tersebut terdengar di telinga Donghae, langkahnya berhenti. Tubuhnya ia balikan kebelakang dan betapa kagetnya ia melihat Hye Mi yang sedang menatapnya dengan gugup.

“Oh, Hye Mi-ah,” balas Donghae sambil tersenyum kearah Hye Mi.

“Bisa bicara sebentar? Sepertinya kita sudah lama tak pernah bertegur sapa?” ucap Hye Mi yang membuat kening Donghae berkerut. Sudah lama tak berbicara? Yang benar saja? Satu minggu ia tak bertegus sapa dengan Hye Mi karena gadis ini yang akhir-akhir ini entah kemana.

“Yah, boleh saja. Tapi aku tak bisa berlama-lama,” jawab Donghae sambil menatap kearah koridor yang menghilangkan tubuh Jaekyung entah kemana.

“Kau melihat apa?” tanya Hye Mi penasaran sambil melongokan lehernya utnuk melihat apa yang di lakukan olehnya.

Dengan cepat Donghae menggelengkan kepalanya, “Tidak ada yang aku lihat. Jadi kau ingin berbicara dimana?” tanya Donghae, dan Hye Mi tersenyum simpil sambil menarik tangan Donghae yang membuatnya bergidik ngeri.

***

Donghae diam, ia menunggu Hye Mi membuka suaranya. Ini sudah hampir sepuluh menit dan dirinya masih diam berdiri menunggu Hye Mi membuka obrolan yang ingin ia obrolkan. Dengan pelan Donghae menghembuskan napasnya pelan. Ia sudah mulai bosan sekarang. Daripada berdiam diri seperti orang bodoh, lebih baik ia mencari Jaekyung yang entah kemana.

Perlahan Donghae mengalihkan pandangannya yang sedari tadi matanya menatap kearah pepohonan besar yang ada di hadapannya kini beralih kearah Hye Mi yang memandang kosong pandangan yang ada di hadapannya.

Donghae melihat raut kecanggungan di raut muka Hye Mi. ia berfikir kenapa Hye Mi bisa menjadi canggung seperti ini. Dia tahu, mungkin karena hubungan mereka yang di akhiri olehnya sendiri dan itu membuat Hye Mi canggung? Benar-benar alasan klise sekali.

Dalam sisi lain hatinya ia ingin sekali meninggalkannya, tapi di sisi hati lainnya juga ia tak ingin meninggalkan Hye Mi yang merenung seperti ini. Benar-banar membuat dirinya pusing seperti ini. Mungkin ia lebih baik membuka suara terlebih dahulu kalau Hye Mi masih tak ingin membuka suaranya.

“Sebenarnya apa yang ingin kau katakana?” ucap Donghae yang akhirnya membuka suara. Donghae melihat Hye Mi terkesiap kaget, entah karena apa mungkin karena dirinya membuka suara.

“Aku bingung apa yang harus aku katakan sekarang,” balasnya dengan suara pelan. Donghae hanya bisa mengerutkan keningnya. Tak biasanya Hye Mi menjadi seorang bimbang seperti sekarang ini.

“Bukankah kau orang yang tak akan bingung ataupun bimbang, eh?” Donghae menaikan sebelah kiri bibirnya, membentuk sebuah seringai yang membuatnya bertambah tampan.

Donghae memandang wajah Hye Mi, sekarang Hye Mi menutup kedua matanya, menarik napasnya dalam-dalam lalu ia membuangnya secara perlahan. Dan kembali membuka kedua matanya, kini Hye Mi menatap kedua iris hitam menenangkan milik Donghae yang ada dihadapannya.

“Kau benar akan menikah?” Donghae hampir saja menyemburkan tawanya jika ia tak ingat derngan situasinya. Ia mengangguk pelan dan menarik kedua sisinya menjadi seperti senyuman. Ia tak tahu apa yang harus ia senyumi sekarang, apakah ia senang akan menikah dengan Jaekyung atau ia bisa melepaskan Hye Mi. Donghae bingung sekarang.

“Ya, aku akan menikah. Kurang lebih dua atau satu minggu lagi. Tergantung dengan padatnya jadwal kuliah milik Jaekyung. Tapi sepertinya hari ini ia akan mengambil cuti kuliah. Dan sepertinya pernikahan ini akan semakin di majukan.” Ucapnya panjang lebar.

Donghae memperhatikan raut wajah Hye Mi yang bertambah masam ketika ia membicarakan pernikahannya dengan Jaekyung,

“Kau pasti akan menghadiri acara pernikahanku, kan?”

Hye Mi mendongakan wajahnya, melihat Donghae yang berani-beraninya menannyakan seperti itu. Apa ia tak mengerti dengan situasinya sekarang? Apa dia tak tahu bahwa hatinya kini sangat sakit? Ini benar-benar sangat sakit.

“Aku tak tahu,” ucap pelan Hye Mi.

Donghae tersenyum tipis. Ia menyentuh tangan Hye Mi yang sedari tadi terkepal erat, ia mengelus tangannya dengan lembut dan kemudian ia mencium punggung tangan Hye Mi yang membuat Hye Mi tersentak kaget. Apa Donghae masih mencintainya? Tanya Hye Mi dalam hati.

“Kau harus hadir di acara pernikahannku. Kalau kau tak hadir aku akan benar-benar kecewa.”

***

Jaekyung menghembuskan napasnya pelan. Entah ia sudah tak tahu berapa lama ia berjongkok di depan ruang dosen. Ia menunggu Donghae yang entah kemana menghilangnnya. Ia mengingat bahwa bukankah Donghae berada dibelakangannya? Mengikuti jalannya. Tapi sekarang ia tak ada dimanapun.

Perlahan kepalanya bersandar pada saka tembok yang ada disampingnya. Kembali ia menghembuskan napasnya. Ia sudah mengumpulkan tugasnya yang dikerjarkan oleh Donghae dan setelah mengumpulkan Donghae akan mengajaknya ke kantin, untuk mentraktirnya makan.

Ternyata laki-laki tak harus terus di percaya. Jadi beginilah jadinya. Dasar pemberi harapan palsu. Tidak dapat di percaya.

Kakinya mulai lelah, ia menundukan tubuhnya yang sedari tadi hanya berjongkok tak jelas seperti tadi. Jaekyung mengambil ponselnya yang ada di dalam tasnya, mungkin ia lebig baik menghubungi Donghae dan menyuruhnya cepat datang untuk menemuinya yang sudah berjamuran di depan ruang dosen? Ugh! Sepertinya itu akan merendahkan harga dirinya, ia tak mau.

Jadi, lebih baik ia tetap menunggunya. Hanya lima menit, kalau saja lima menit ia tak cepat datang ia akan meninggalkan Donghae dan pergi kekanti sendirian, memenuhi perutnya dengan makanan dan setelah itu ia pulang, mendengarkan musik sampai ia tertidur. Membayangkannya saja itu membuat sesuatu didalam perut Jaekyung terlonjak kesenangan.

Dengan cepat ia berdiri dan membersihkan debu yang menmpel di bagian celanya. Ugh! Padahal ini baru rencanannya dan belum sampai lima menit, kenapa ia sudah berdiri tegak seperti ini? Dia tak perduli, yang ia perdulikan adalah perutnya yang meronta-ronta minta di isi.

Saat ia akan bergegas ke kantin tangannya tiba-tiba di cengkram oleh sebuah tangan dengan kulit yang sangat halus. Jaekyung menoleh kebelangkang dan mendapatkan Donghae yang memandangnya dengan pandangan datar. Jaekyung mendengus pelan, ia berpikir apa Donghae tak merasa bersalah atau apalah yang membuat dia harus meminta maaf padanya? Sepertinya itu tak ada.

“Aku mencarimu kemana-mana, aku berpikir bahwa kau sudah kekantin terlebih dahulu, jadi aku memutuskan kekantin dan aku tak melihatmu duduk disana.” Ucapnya dengan nada geram. Jaekyung menatap Donghae dengan mata menyipit, apa ini tidak salah? Bukankah disini yang harus marah itu buka laki-laki di depannya, melainkan dirinya yang harus marah, bukan?

“Yah, dan kau sudah menemukanku disini, bukan? Jadi kau tak usah memakai nada bicaramu seperti itu. Aku tak suka, kau harus tahu itu.” Jaekyung berucap sengit. Ia menghentakan tangannya sampai-sampai cengkraman tangan Donghae terlepas.

“Hei, kau marah?” tanya Donghae dengan cepat mengubah nada suaranya menjadi lembut. Jaekyung hanya bisa mendengus kesal melihat perubahan sikap Donghae yang berubah secepat itu.

“Aku tak jadi lapar. Aku hanya ingin pulang. Aku lelah, butuh istirahat.” Ucap Jaekyung pelan sambil melangkah pergi meninggalkan Donghae yang masih berdiri tegak seperti orang bodoh.

Dengan cepat ia sadar dari lamunannya beberapa detik yang lalu. Donghae tahu bahwa Jaekyung merasa kecewa pada dirinya yang tak menepati janjinya. Tapi bukankah dia sudah berbaik hati untuk mengerjakan tugasnya yang membuat kepalanya sakit? Bahkan sampai sekarang kepalanya sakit, apalagi tadi di tambah dengan kehadiran Hye Mi. hn.. hidup itu memang keras.

Donghae berlari-lari kecil untuk menyamai langkah Jaekyung yang terkeesan sangat buru-buru. Setelah sampai dan langkahnya sama dengan Jaekyung, Donghae langsung menyentuh pergelangan tangan Jaekyung dan menggenggam tangan milik Jaekyung.

“Maaf, aku ada keperluan dengan temanku tadi.” Entah Donghae merasa aneh dengan dirinya dan ia tak tahu kenapa ia harus menjelaskan kemana ia menghilang tadi pada Jaekyung.

“Oh, ya?” jawab Jaekyung atas penjelasan Donghae. Ia menghentikan langkahnya dan otomatis Donghae juga menghentikan langkahnya.

“Ya, kau tak percaya?”

“Dengan siapa?” tanya Jaekyung ingin lebih tahu lagi. Donghae menyeritkan keningnya, tak biasanya Jaekyung ingin tahu masalah pribadinya.

“Sepertinya, kau tak perlu tahu.” Ucap Donghae pelan yang membuat Jaekyung tak ingin menannyakan lebih lanjut lagi. Jaekyung diam dan Donghae pun ikut diam.

Hanya semilir angin yang menemani kediaman mereka berdua. Jaekyung mengalihkan tatapannya kearah lain dan menghembuskan napasnya pelan, “ya, aku memang tak perlu tahu tentangmu. Ah, aku lelah. Apa aku sudah mengatakan kata seperti itu?” tanya Jaekyung sambil mengusap tangannya pada rambutnya.

“Bukankah kau lapar?” ucap Donghae sambil mengehentikan langkah pertama Jaekyung.

“Aku tak lapar. Aku bisa merasa kenyang hanya dengan tidur saja. Ayo pulang, aku mulai mengantuk lagi.”

***

“Aku pulang,” teriak Donghae saat ia memasuki pintu rumahnya. Ia mengehmbuskan napasnya pelan. Sudah menjadi kebiasaan kalau rumahnya sepi seperti ini. Tak berpenghuni. Ayahnya di kantor dan Ibunya pasti menemui istri-istri dari teman-teman Ayahnya., dan untuk kakak laki-lakinya pasti sudah pergi kembali kerumah sakit atau ah, entahlah kepalanya begitu pusing hari ini.

Donghae merebahkan tubuhnya di atas sofa empuk milikknya. Ia mengantupkan kedua matanya, memijat pelan kepalanya yang masih berdenyut-denyut sakit. Padahal hari ini ia hanya mendengarkan ceramah dari dosennya lalu pergi mencari Jaekyung, mengerjakan tugas milik Jaekyung, berbicara dengan Hye Mi lalu ia bertengkar dengan Jaekyung. Jadi apakah ini masalah yang besar membuat kepalanya sakit seperti ini? Ah, pengecut sekali.

“Hei, sayang.” Donghae membuka kedua matanya saat mendengar suara lembut milik Ibunya. Donghae mengerutkan keningnya, heran tumben sekali ibunya ada di rumah.

“Kenapa menatap wajah Eomma seperti itu?” tanya Ibunya pada Donghae yang masih saja mengerutkan keningnya.

“Tumben sekali Eomma ada di rumah,” Donghae menundukan tubuhnya, punggungnya bersandar pada sandaran sofa milik keluarganya.

“Bukankah Eomma setiap hari ada dirumah? Kau saja yang terlalu sibuk dengan kuliahmu. Apalagi sekarang kau yang akan menikah.” Ibunya terkikik geli melihat raut wajah anaknya yang masam seperti itu.

“Lelah sekali,” Donghae berucap pelan. Tangan Ibunya mengelus-elus puncak kepala anaknya agar merasa nyaman.

“Kau ini, bukankah kau akan menikah dan hilangkan sikap manjamu ini. Dari raut wajahnya Eomma sudah tahu kalau Jaekyung itu orangnya yang suka risih dengan sikap manja seseorang.” Donghae menatap Ibunya dengan pandangan semakin masam. Ia juga tahu pasti bahwa Jaekyung memang risih dengan sikap manja seperti ini.

“Aku juga tahu kalau dia memang tak suka dengan orang-orang manja sepertiku ini. Dia, Eomma tahulah, dia terlalu keras dan aku agak sanksi bahwa ia mempunyai kekasih atau tidak,”

“Kau ini berucap apa! Dia cantik, baik tapi dia memang keras. Tapi Eomma yakin bahwa Jaekyung mempunyai banyak laki-laki yang mengaguminya. Hati-hati, bisa-bisa Jaekyung di ambil orang.”

“Eomma..”

Donghae hanya bisa menatap Ibunya dengan pandangan tak percaya. Bagaimana mungkin Ibunya menggodanya seperti itu. Membuat telinganya panas. Sebelum ada laki-laki yang mengambil Jaekyung darinya ia tak akan melepasakan Jaekyung dari tangannya.

***

“Jaekyung-ah,” Jaekyung mendengus kesal saat tidurnya di ganggu oleh seseorang. Kenapa Ibunya berteriak didepan pintu kamarnya? Bukankah Ibunya tahu pasti kalau dirinya sudah terlelap seperti ini tak suka di ganggu? Kenapa malah melakukannya?

Dengan malas Jaekyung beranjak dari tidurnya. Ia merapihkan rambutnya yang berantakan. Dengan mata yang masih sedikit terpejam ia melangkah kearah meja belajarnya untuk mengambil kunciran yang akan menguncir rambutnya.

Setelah ketemu dan menguncir rambutnya asal-asal ia kembali berjalan kearah pintu kamarnya. Ia membuka pintu kamarnya yang masih dengan adanya Ibunya. Jaekyung menatap heran pada Ibunya yang ada dihadapannya dengan senyuman yang lebar.

“Wae Eomma?” tanya Jaekyung malas.

“Ada Donghae di bawah,” ucap Ibunya. Jaekyung mengusap-usap kedua matanya. Setelah agak jelas ia menggaruk belakang telinganya.

“Donghae? Donghae siapa?” tanya Jaekyung bodoh. Maklumi saja, ia baru saja bangun dari tidurnya. Jadi kesadarannya belum puluh seratus persen kan?

“Tentu saja calon suamimu. Ia sudah menunggumu selama setengah jam yang lalu.”

“APA? Bukankah dia mengantarkanku pulang kuliah? Kenapa dia datang lagi?” tanyanya pada diri sendiri. Jaekyung mengangat bahunya tak mengerti.

“Jadi kau mau menemuinya atau tidak?” tanya Ibunya tak sabar melihat anaknya masih saja tak sadar.

“Tunggulah sebentar. Aku akan mencuci mukaku terlebih dahulu.” Ucap Jaekyung sambil membalikan tubuhnya. Tapi belum sempat Jaekyung melangkah, langkahnya terhenti akibat Ibunya menahan Jaekyung.

“Mandilah. Donghae ada di ruang tamu bersama Ayahmu, mungkin ia akan mengajakmu keluar. Ah, semoga saja Donghae baik-baik saja di ruang tamu bersama ayahmu itu.” Ucap Ibunya tersenyum geli melihat raut wajah putrinya yang semula mengantuk kini menjadi tegang.

***

Donghae duduk dengan gugup di ruang tamu di rumah Jaekyung, bagaimana tidak gugup di depannya saja ada Ayah Jaekyung. Entahlah, padahal Ayah Jaekyung tak menatapnya dengan mata melotot tapi dirinya malah gugup di satu ruangan bersama Ayah Jaekyung. Padahal Ayah Jaekyung sendiri sedang sibuk menghitung nota-nota yang ada di atas meja.

Ia menghembuskan napasnya pelan, dalam satu ruangan dalam keadaan hening seperti ini membuatnya gelisah. Matanya sesekali memandang kearah pintu yang lorong yang baru saja di masuki oleh Ibu Jaekyung dan ia berharap Jaekyung segera keluar dari lorong tersebut dan ia dengan cepat membawa Jaekyung keluar.

Lagi ia menghembuskan napasnya pelan. Donghae sudah hampir bosan dengan duduk diam seperti ini. Sebenernya wajah Ayah Jaekyung itu tidak bisa di bilang menyeramkan atau yang membuatnya gugup seperti ini, ia gugup karena kejadian pertama saat itu Ayah Jaekyung berkunjung kerumahnya dan menonjoknya itulah yang membuatnya gugup seperti ini. Wajah Ayah Jaekyung malah terbilang sangat ramah, jadi yang membuatnya seperti ini memang salahnya yang menghamili puterinya itu.

“Hai,” Donghae menolehkan wajahnya kesamping saat mendengar sapaan lembut di sampingnya dan setelah melihat siapa itu bibir Donghae seketika melebar. Dengan cepat Donghae menegakan tubuhnya.

“Hai,” balasnya masih dengan senyuman dibibirnya.

“Kau sudah lama? Kenapa kau tak menelponku atau mengirimku pesan kalau kau akan kesini? Tsk! Mendadak sekali.” Ucap Jaekyung sambil melangkah, mengisyaratkan Donghae bergeser sedikit untuknya, dengan cepat Donghae menggeser dan mempersilahkan Jaekyung duduk.

“Hampir sepuluh menit? Lima belas menit, mungkin? aku lupa. Karena aku tak menghitung saat aku menunggumu. Dan, oh, aku bahkan sudah menelponmu puluhan kali dan aku sudah mengirimu pesan entah berapa kali. Kau tak menjawab telponku atau membalas pesanku.” Balasnya dengan memutar bola matanya bosan. Sangat bertolak belakang, Donghae sudah hampir setengah jam menunggu Jaekyung untuk segera dari bangun. Dan yah, sebelum ia kesini ia sudah menghubungi Jaekyung puluhan kali tapi Jaekyung tak mejawab panggilannya.

“Kau akan membawa anakku untuk pergi malam ini?” tanya tiba-tiba Ayah Jaekyung. Donghae mengang seketika mendengar ucapan Ayah Jaekyung, ia hampir lupa dengan kehadirannya. Salahkan saja karena tak mengajaknya mengobrol atau apa yang bisa saja membuat situasi di rungan ini menjadi hangat.

Dengan cepat Donghae menganggukan kepalanya, “Iya, aku akan membawanya untuk pergi malam ini. Dan aku pasti akan membawanya pulang pada tepat waktu.” Balasnya dengan suara yang dengan paksa di tenang-tenangkan.

Ayah Jaekyung tersenyum tipis yang membuat Donghae dan Jaekyung duduk dihadapannya tersentak kaget. What the! Beliau tersenyum, apa ini mimpi? Pikir Donghae dalam hati.

Han Jang Suk—Ayah Jaekyung— meletakan nota-nota yang awalnya di tangannya kini ia meletakan di atas meja. Perlahan ia menghembuskan napasnya pelan lalu menghembuskannya secara perlahan. “Untuk hari ini dan seterusnya aku sudah melepaskan Jaekyung untukmu. Aku sudah mempertimbangkan ini selama berhari-hari. Kau tahu apa yang terjadi saat aku memikirkannya?” tanya Jang Suk pada Donghae yang hanya dib alas dengan gelengan kepalanya.

“Kepalaku pusing. Aku percaya, kau akan dengan baik menjaga anakku. Karena itu aku melepaskanya untukmu. Aku sudah mempertimbangkan semuannya. Aku merestui kalian berdua untuk segera menikah.” Donghae yang mendengarkan ucapan-ucapan yang keluar dari bibir Ayah Jaekyung hanya bisa melongo tak percaya.

Jaekyung sendiri hanya bisa mengerjap-ngerjapkan matanya beberapa kali. Ia masih tak percaya bahwa Ayahnya mengatakannya seperti itu. Yang benar saja dan lihat Ayahnya bahkan sekarang tersenyum pada dirinya dan Donghae. Benar-benar seperti keajaiban.

“Ayah, kau baik-baik saja?” ucap Jaekyung tiba-tiba dan Ayahnya tertawa pelan mendengar pertanyaan anaknya yang konyol seperti itu.

“Tentu saja Ayah baik-baik saja. Ayah juga berpikir walaupun Ayah tak merestui kalian, kalian juga pasti akan tetap menikah. Jadi Ayah memikirnyannya selama bekerja, akan tidur atau kegiatakan apapun pasti pikiran Ayah akan memikirkan kalian. Jadi aku membuka hatiku untuk menerimamu untuk masuk kedalam keluarga kecil kami. Dan kami berharap keluargamu menerima Jaekyung apa adanya, kau tahu kami dan keluarga kecil bukan keluarga besar seperti keluargamu,”

***

“Benar-benar, Ayahmu benar-benar sangat mengejutkan. Ah, akhirnya bebanku ini telah terlepas hampir semuanya.” Ucap girang Donghae masih tetap berkonsentrasi dengan pandangan yang ada didepannya.

Jaekyung hanya memutar bola matanya bosan. Tentu saja ia bosan, karena Ayahnya meresmikan Donghae sudah bisa memilikinya Donghae sudah seperti ini. Tidak juga sih, karena awal-awalnya seluruh tubuh Donghae menegang dan kaget mendengar semua ucapan Ayahnya, tapi setelah itu perlahan-lahan tubuhnya kembali menjadi santai.

“Kita mau pergi kemana? Ini sudah jam Sembilan dan jam-jam seperti ini aku sudah tidur atau sudah mempunyai kencan dengan kekasihku,” Jaekyung mengalihkan topiknya, kalu topiknya tak di alihkan mungkin ia mati bosan mendengar ucapan Donghae tentang Ayahnya.

“Jadilah orang yang normal, Han Jaekyung! Kau tak ingat dengan umurmuyang sudah hampir memasuki umur dua puluh? Atau dua puluh satu?” tanya Donghae yang membuat Jaekyung kembali memutar bola matanya.

“Umurku sudah duapuluh satu.” Ucap Jaekyung malas.

“Kita hanya berbeda dua tahun,” jawab Donghae dengan cengiran di wajahnya yang membuat wajahnya yang awalnya sudah tampan kini bertambah sangat tampan.

“Oh, ya?”

“Yah, bukankah itu sangat ideal?” tanya Donghae, Jaekyung mengendikan bahunya tanda tak perduli.

“Boleh aku meminjam ponselmu?” ijin Jaekyung pada Donghae. Jaekyung merasa aneh dengan dirinya, entah kenapa ia tiba-tiba ingin meminjam ponsel milik Donghae.

“Ada di kursi belakang. Tadi aku sebelum masuk kerumahmu aku melemparnya asal kekursi belakang.” Ucapnya memberitahukan. Jaekyung dengan cepat membalikan tubuhnya dan mencari-mencari ponsel Donghae yang ada di belakang.

Bibir Jaekyung tersenyum saat ia menemukan ponsel milik Donghae. Ia menekan tombol dengan gambar kunci setelah itu ia menyentuh layarnya lalu menggeser untuk membuka kuncinya. Setelah terbuka ia melihat layar yang tertera ada beberapa panggilan yang tak terjawab dengan nama ‘Hye Mi’? ugh! Melihat layar ponsel Donghae yang seperti itu membuatnya tak bernafsu lagi untuk menjelajahi list music yang ada di ponsel milik Donghae.

“Ada sepuluh panggilan tak terjawab dari Hye Mi,” Jaekyung memberitahukan pada Donghae yang membuat tubuh Donghae menegang saat Jaekyung memberitahukannya.

“Be—benarkah?” tanyanya gagap.

“Ya, kau bisa melihatnya.” Jawab Jaekyung malas sambil meletakan ponsel Donghae di dashboard. Setelah meletakan ponsel Donghae, Jaekyung dengan cepat mengambil ponselnya yang ada di dalam sakunya dan mengambil Headset yang ada di depannya.

Entahlah kenapa ia tiba-tiba seperti ini setelah melihat nama yang tertera di layar ponsel milik Donghae. Oh, kalian jangan pikir bahwa aku akan cemburu, Hell no! aku tidak akan cemburu! Dengus Jaekyung dalam hatinya.

Jaekyung melepas headset yang ada di telinga kanannya, kemudian ia menoleh kearah Donghae yang matanya masih terfokus pada pandangan di depannya. Jaekyung membuku suara, “jadi tujuan kita sebenannya akan kemana?” tanya Jaekyung sedikit malas lalu ia menguap, reflek tangannya menutupi mulutnya sendiri.

Jaekyung sebenarnya masih ingin tidur, tapi mau bagaimana lagi? Donghae datang dan mengajaknya pergi mala mini, jadi ia tak ada pilihan lain selain mengikuti ajakan yang di ajukan oleh Donghae.

“Hanya berkeliling, dan mungkin membawamu ke tempat favoritku.” Jawabnya masih dengan mata tertuju di depan.

“Oh! Tapi, kau tahu? Aku masih mengantuk dan ingin tidur lagi.” Balas Jaekyung jujur yang membuat Donghae menghembuskan napasnya pelan.

“Jadi kau ingin kita putar balik dan kita kembali kerumah masing-masing?” tanya Donghae yang langsung di jawab oleh anggukan kepala Jaekyung. “Baiklah, mungkin kau butuh istirahat.” Ucap Donghae sekali lagi yang membuat Jaekyung melepas headset sebelah kirinya.

“Yang benar saja, aku hanya bercanda! Kau ini cepat sekali dimasukan kehati!” Jaekyung berucap sambil memegang lengan Donghae. “Apa tempatnya masih jauh?” Jaekyung mengubah topik pembicaraan.

“Sebentar lagi akan sampai,”

Setelah mengucapkan kata seperti itu, mobil kemudian hening kembali. Sibuk dengan pikiran mereka masing-masing. Lagipula Jaekyung sebenarnya masih agak canggung dengan Donghae yang ia ketahui sebagai seniornya di kampusnya dan banyak sekali mahasswa yang tergila-gila olehnya. Tapi sayangnya ia tak seperti perempuan-perempuan lainnya yang ada di kampusnya yang mengejar-ngejar Donghae.

Yang benar saja, masih banyak hal yang lebih bermanfaat daripada mengejar-ngejar Lee Donghae yang tak mungkin atau mungkin bisa memacari semua perempuan yang ada di kampusnya. Tentu saja hal yang bermanfaat baginya seperti membaca novel, buku sejarah di taman belakang yang terdapat di setiap bagian kampusnya atau ia bisa membacanya di perpustakaan. Atau ia bisa saja melakukan tidur di pohon besar yang terdapat di bagian belakang aula besar yang biasa untuk di pakai untuk melakukan teater atau apapun.

Jaekyung menguap, mungkin ini pengaruh oleh musik yang di putar oleh ponselnya dan oleh guncangan-guncangan yang terjadi oleh mobil yang ia duduki. Matanya perlahan mengantup dan segera terbuka lagi. Ia menahan matanya untuk tidak tertutup lalu tertidur didalam mobil milik Donghae.

Dalam hati ia mungkin sedang memutar matanya bosan. Apanya yang di bilang sebentar lagi? Ini sudah hampir lama untuk sampai di tempat yang di inginkan oleh Donghae.

“Undangan pernikahan kita sudah jadi, dan apa kau sudah mengatakan bahwa kau akan meminta ijin untuk cuti kuliah sementara?” Jaekyung terpenjat kaget saat mendengar ucapan Donghae.

Jaekyung menepuk jidatnya pelan, “Aku lupa..mungkin besok saja sekalian mengantarkan undangan tersebut. Aku bingung, bagaimana aku memberikannya pada Gikwang?

Donghae mutar bola matanya bosan saat ia mendengar nama Gikwang yang terlepas oleh bibir merah milik Jaekyung. “Gikwang, yah Gikwang. Always!”

“Kenapa? Dia temanku. Dan dia pastinya akan sangat kaget sekali saat ia mendengar bahwa aku memberinya undangan pernikahan.” Jaekyung menatap Donghae bosan.

“Kau akan memberikan undangan pernikan itu pada seluruh kampus? Oh, kalau sampai seluruh kampus dan semua mendengar aku cuti kuliah satu setengah tahun bisa-bisa aku di cerca habisa-habisan oleh semua pengagummu,” ujar Jaekyung panik.

“Tidak, mungkin teman-teman bisnis Ayah. Dan temanmu, teman-temanku saja yang aku undang. Aku juga perlu privasi.”

“Oh, syukurlah.”

Mobil kembali hening. Donghae masih sibuk dengan pandangan di depannya dan Jaekyung sibuk dengan ponselnya dan headset yang ada di telinganya. Setelah menemukan lagu yang pas untuknya, Jaekyung menyandarkan punggungnya di punggung kursi mobil Donghae. Matanya terpenjam meresapi lagu yang ia putar di ponselnya.

Mata Jaekyung mengamati Donghae yang sedang berkonsentrasi dengan mengemudinya. Kalau ditilik kembali, di amatai kembali oleh matanya, Donghae memang mempunyai paras mempesona. Dengan rambut berwarna coklat kemerahan, hidung lurus mancung, alis mata tebal, dan masih banyak lagi yang terdapat di wajah tampan Donghae. Jaekyung berpikir, pantas saja Donghae mempunyai banyak sekali penggemarnya, karena yah Donghae memang tampan. Jadi seharusnya kau memang harus bersyukur karena mendapatkan Donghae yang menjadi suamimu. Ucap pikiran lain Jaekyungm, yang membuat Jaekyung menggerutu tak jelas.

Jaekyung melepaskan headsetnya yang terpasang di telinganya, meletakan ponselnya di atas dashboar mobil Donghae. Wajah Jaekyung menoleh kerah Donghae, menatapnya terang-terangan, lalu ia mengalihkan tatapannya pada pemandangan yang ada di depannya.

Mobil berhenti sontak membuat Jaekyung menolehkan kembali kearah Donghae yang sedang menghentikan mesin mobilnya. Alisnya terangkat memandang pemandangan didepannya. Gelap dan Jaekyung tidak tahu ini dimana.

“Ayo keluar,” ajak Donghae membuka pintu mobil. Jaekyung masih melongo dan beberapa saat kemudian ia sadar, mengikuti Donghae keluar.

Jaekyung berjalan kearah Donghae dengan cepat dan langsung mengambil dirinya berada disamping tubuh Donghae. Situasi masih tak ada yang membuka suara. Jaekyung menengadahkan kepalanya untuk memandang keatas langit yang menampilkan beberapa bintang yang ada di atas langit.

Perlahan bibirnya membentuk sebuah senyuman yang tak sadar di liat oleh Donghae. Jaekyung harus berterima kasih pada laki-laki disampingnya karena telah membawanya ketempat yang bisa membuatnya melihat keindahan alam di malam hari ini.

“Gomawo..” ucap Jaekyung pelan. Walaupun pelan ucapan Jaekyung masih bisa di tangkap oleh pendengaran Donghae. Senyum tipis telah tercipata di bibir Donghae.

Dengan perlahan tangan Donghae menggenggam pergelangan Jaekyung yang membuat Jaekyung tersentak kaget akibat sentuhan yang di ciptakan oleh kulit mereka mashing-masing. Jaekyung membiarkan Donghae menggenggam tangannya, karena ia merasa nyaman dengan sentuhan tangan Donghae di kulitnya.

“Aku akan menjemputmu besok pagi. Kita berangkat bersama. Aku akan mengantarkanmu kekantor besok untuk meminta izin cuti kuliahmu. Aku tak suka kau di antar oleh temanmu yang bernama Gikwang itu.” Ucap Donghae yang membuat Jaekyung memblalakan matanya.

***

“Kau yakin akan cuti kuliah selama satu tahun setengah? Kenapa seperti ini?” protes Gikwang sambil berdiri dihadapan Jaekyung yang masih mengacuhkan protesan yang di lontarkan Gikwang.

“Han Jaekyung!!!” tegur Gikwang mulai sedikit emosi.

“Hmm…” balas Jaekyung masih dengan ketidak perduliannya. Jaekyung sudah mulai bosan dengan ucapan tanya Gikwang yang sudah di lontarkan hampir dua puluh kali beberapa menit yang lalu setelah mereka menundukan di kursi taman favorit mereka.

“Kau selalu mengacuhkanku kalau kau sudah berpacaran dengan buku-buku tebalmu itu. Kau bisa menjelaskan, kenapa kau cuti kuliah selama itu?” Jaekyung menghela napas, memandangan Gikwang dengan pandangan bosan.

Perlahan tangannya mengambil tas yang ada di pangkuannya. Jaekyung mengambil sesuatu yang ada didalam tasnya, setelah ketemu benda persegi empat, dengan cepat ia langsung mengambilnya keluar lalu Jaekyung memberikan pada Gikwang.

Gikwang menaikan alisanya tak mengerti dengan tindakan Jaekyung. “Kau ingin tahu, ini jawabannya. Kau harus datang, Lee Gikwnag!” ucap Jaekyung dengan nada mengancam.

Gikwang mengambil benda tersebut dan membaca tulisan yang ada di benda tersebut, undangan membuat Gikwang bertanya-tanya, siapa yang akan menikah? Jadi, daripada ia penasaran lebih baik ia membuka undangan tersbut dengan cepat dan matanya memblalak kaget membaca nama yang terdapat di undangan tersbut.

“Kau bercanda?” tanya Gikwang. Jaekyung menggelangkan kepalanya, membuka lembaran buku yang ada di pangkuannya.

“Kau menikah, dengan Donghae Sunbae? Bukan kah kalian baru saja menjalin hubungan kalian? Kenapa begitu cepat sekali?”

“Sudahlah, jangan banyak bicara. Aku lelah dan ingin pulang, besok aku sudah tak masuk kekampus lagi. Tugas-tugasku sudah selesai. Kau bisa memberiku informasi tentang tugas yang keluar nanti.” Ucap Jaekyung sambil beranjak dari dudukknya dan memasukan bukunya kedalam tasnya, lalu ia meninggalkan Gikwang yang masih terbengong-bengong dengan undangan yang ada di tanganya.

“Han Jaekyung! Kau harus menjelaskannya!” teriak Gikwang sambil membalikan tubuhnya lalu mengejar Jaekyung yang sudah jauh darinya.

***

Donghae menghembuskan napasnya pelan. Entah dia sudah berapa kali menghembuskan napasnya beberapa menit yang lalu. Ia sudah bosan menunggu Hye Mi yang tak kunjung datang. Donghae jadi berfikir untuk memberitahukan tentang pernikahannya itu melalui via pesan, bukan langsung seperti ini. Tapi, blah, melalui via pesan benar-benar tak sopan sekali.

Pintu kafe berbunyi, menandakan pembeli masuk. Donghae yang mendengar suara tersebut langsung mendongakan kepalanya, mendapatkan Hye Mi yang melambaikan tangan padanya. Donghae mambalas lambaian tangan tersebut dengan senyuman tipis di bibirnya.

“Hai,” sapa Hye Mi saat ia sudah duduk di hadapan Donghae. Donghae hanya membalas sapaan Hye Mi dengan anggukan kepalanya. “Kau sudah lama disini?” tanya Hye Mi sambil menundukan tubuhnya lalu meletakan tasnya di atas meja.

“Hmm..mungkin sepuluh menitan.” Hye Min memblalakan matanya. Ia merasa bersalah karena membuat Donghae menunggu terlalu lama di kafe yang terdapat di samping kampus mereka.

“Maaf,” ucap pelan Hye Mi.

“Gwenchana. Kau tak salah, hanya aku saja yang terburu-buru datang ke kafe ini. Kau mau pesan sesuatu?”

“Tidak, sepertinya kau ingin langsung mengatakan sesuatu yang sangat penting sekali.”

“Tentu saja. Aku hanya ingin memberikan undangan ini.” Donghae memberikan undangan pernikahannya pada Hye Mi.

Hye Mi menerimanya. Dengan pelan ia membuka undangan tersebut membaca tulisan yang tertera pada undangan pernikahan milik Donghae. Dalam hati, Hye Mi hanya bisa tersenyum miris. Seharusnya nama yang tertulis di undangan ini, harus namanyanya, bukan nama orang lain. Ini benar-benar sangat menyakiti hatinya.

“Minggu, eh? Ternyata kau terlalu bersemangat sekali untuk meminang Jaekyung. Kalau di hitung dari hari rabu ini, ternyata tiga hari lagi. Aku bingung, apakah aku bisa datang atau tidak.” Ucap Hye Mi sambil memasukan undangan yang di berikan oleh Donghae kedalam tasanya.

“Hei, kau tak ingat dengan ucapanku kemarin?”

“Tentu saja aku ingat. Aku hanya bingung saja.” Ucapnya pelan. Rasanya kalau Donghae tak ada di hadapannya ia ingin sekali menangis. Kini ia merasa menyesal dengan penolakan yang ia lakukan pada Donghae beberapa waktu yang lalu. Ia terlalu terobsesi dengan pekerjaan Ayahnya. Hye Mi sudah kehilangan Lee Donghae.

“Bukan aku yang menentukan semuanya. Orang tuaku yang menentukan semuanya. Aku juga tidak tahu kalau pernikahanku terlalu cepat sekali.”

“Mungkin aku bisa hadir. Yah, mungkin. Kalau tidak apa kau akan kecewa?” tanya Hye Mi was-was.

“Tentu. Seperti ucapanku kemarin sore. Kalau kau tak datang aku akan kecewa sekali.”

***

“Kau akan menikah? Hari minggu? Cepat sekali,” ucap JiHyo sambil menutup kembali undangan yang di berikan oleh Jaekyung. JiHyo menatap Jaekyung tak percaya, Jaekyung yang di tatap hanya diam dan tak merespon apa yang di bicarakan oleh JiHyo.

“Hei, kau mendengarkanku?” tanya JiHyo.

“Tentu aku mendengarnya,” ucap Jaekyung malas.

“Hei, nada suaramu.” Tegur JiHyo tak terima dengan nada suara Jaekyung.

“Mau bagaimana lagi? Kalau aku tak menikah, kau tahu bagaimana nantinya malu keluargaku seperti apa, JiHyo-ya.”

jiHyo menghembuskan napas pelan. Benar juga apa yang di katakana oleh sepupunya itu. Perlahan ia duduk kembali di kasurnya, JiHyo memandang Jaekyung yang sedang menatap langit-langit kamarnya dengan pandangan kosong. “Kau melamun,” ucap JiHyo sambil menyentuh lengan Jaekyung.

“Aku bingung. Bagaimana aku di masa depanku nanti.” Ucap Jaekyung melantur. Tangannya menyentuh keningnya lalu meremasnya pelan, merasa frustasi dengan semua kegilaan yang terjadi didalam hidpunya.

“Kenapa harus bingung? Donghae mempunyai masa depan yang bagus untukmu dan calon anak kalian. Aku yakin kalian akan bagaiagia.”

“Akan bahagia. Aku sanksi sekali dengan kata-kata itu.”

“Kau ini kenapa? Sebenarnya aku memang agak kurang setuju kau dengan Donghae. Tapi mau bagaimana lagi? Bayi yang ada didalam perutmu adalah anaknya, anak kalian.” JiHyo mengelus lengan Jaekyung dengan lembut. Meredamkan segala kebingungan yang terjadi pada sepupunya sekarang.

“Bagimana kalau aku kabur saja? Membesarkan anakku sendiri tanpanya, aku pergi dari Negara ini. Aku terlalu pusing memikirkan semua masalah ini. Aku lelah.” Jaekyung bergumam pelan tapi JiHyo masih tetap bisa mendengar gumaman Jaekyung.

“Jangan jadi orang bodoh. Jangan jadi seorang pengecut! Aku tahu semua kegilaan ini semuanya harus di salahkan pada Lee Donghae itu yang sedang kalut akan kekasihnya dan ia merasa putus asa bukan karena kau tak pernah takluk padanya, memaksamu untuk meminum anggur merah sampai kau dan dia mabuk berat sampai kau hamil seperti ini. Hadapi semuanya, aku yakin kau pasti bisa.”

“Boleh aku tidur? Aku lelah.” Ucapnya mengabaikan semua perkataan panjang lebar JiHyo tadi. JiHyo hanya bisa menghembuskan napasanya pelan. Sepupunya sangat keras kepala dan sedikit pembangkang, jadi ucapan panjanga lebarnya hanya di anggap angin lalu oleh sepupunya.

Jaekyung membalikan tubuhnya, mengahadap kearah tembok. Ia tak mau di pandang dan di ceramahi oleh JiHyo, telinganya cukupa panas dan kepalanya serasa ingin meledak. Ia butuh tidur, ia buruh istiraha, ia butuh menghilangkan semua kegilaan ini. Ia ingin seseorang menghilangkan ingatannya sekarang. Tapi ini semua memang nyata, jadi hadapi semuanya ini dan jangan melarikan diri bak seorang pengecut.

Perlahan matanya terpejam, lebih baik ia tidur dan melupakan semuanya. Besok semuanya akan baik-baik saja, dan jalani untuk lusa nanti.

TO BE CONTINUED.

Finnaly!! Aku terlalu pusing SAMA ff ini. Keknya panjang banget n terlalu berbelit-belit ngga langsung nikah aja. Pusing!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!! kena wabah WB, kena wabah FANSGIRL, kena ini itu. Pandang sana pandang sini. Kalo ada cowok cakep pasti yang dulu di lupain, ya begini lah akhir-akhir ini jarang banget pandangin wajah Donghae, jadi agak susah lagi. Akakaka /gampar/ map deh, satu bulan lagi buat nunggu yah. Begini lah kalo uda kena virus malas. Map. Moga aja puas yahhh :*:*:*
KALO ADA TYPO MAAP YA!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!


SILVI DIAH SEPTIYANI
23:15-23:44
SABTU, 13 JULY 2013

36 thoughts on “If This Was a Movie [Part 8]

  1. Ini pasangan ribet banget siCh. Kapan nikahnya? astaga….. z udh ga sabar dengan kehidupan pernikahan mereka. kekekekeke……….
    kira-kira Hye Mi bakal jadi pengganggu gak yah

  2. ya neh thor ribet bgt ne ceritanya… belum nikah2 jg…#plakkkk…
    part 9 dah harus nikah ne mrk b2… penasaran ma kehidupan mrk udah nikah…. moga bahagia selalu… nungguin baby jaekyung ma donghae lahir….
    tetap semangat ya thor ngelanjutin ne ff….. fighting…. saya akan selalu setia ngikutin ff ini…. 😉

  3. ya ampn bnr” ya hae cmburu bgt ma gikwang…
    tapi malu ngakuinya
    mulai jga jaekyung cmbru ma hye mi.
    gk nyngka tnggl mnghtng hari ajj mrka nikh…
    gk sbar jd.
    jaekyung jgn putus asa gt donk ayo smngt.

  4. Huh….
    kenapa Jaekyung punya pemikiran kaya gitu? pasti dia kena syndrom married deh..
    aish… Jae, kau harus menerima semua ini. jangan ragu..
    ahh… kesel sama Hae ih. pas yg gk nepatin janjinya ituloh kesel banget…
    Hye Mi, kenapa dia hadir disaat sebentar lagi Hae-Jae mau nikah?
    Cepatlah lakukan pernikahannya…
    satu bulan? lama banget yah -_- tapi aku akan tunggu 🙂

  5. yeeey \^o^/
    nikah nikah nikah,,
    tp thor donghae ama jaekyung kq ngga pernah manja2an ama calon anak mereka ya,,
    kyk ngga terjadi apa2,,
    next part cepet dong thor, tega bgt ngegantungin[?] readers,,

  6. Dr awal bca ini ff,penasaran bgmna khdupn mrka stlh menikah??hae sm jaekyun it udh sm” mrasakn cnta,tp blm menyadari..q ska ffnya,konfliknya ga trlalu berat,

  7. Huaaa makin seru…kayanya hae dh mulai menyukai Jaekyung neh…
    Suka bgt scene d perpus,,hae sweet bgt mw bantuin jaekyung hihihihi hae nakal suka curi2 waktu buat cium Jaekyung pas lg tidur
    deg2an bgt deh pas hyemi nungul,takut nya hyemi mengacaukan rencana pernikahan donghae…
    Kyaaa chukkae ayah jaekyung dh mau menerima hae dgn lapang dada…
    Tinggal selangkah lagi hae dan jae akan menikah,semoga mereka bisa saling jatuh cinta dan hidup bahagia…
    Kajja d lanjut thor
    hwaiting

  8. Akhirnya publish juga…ƗƗɑƗƗɑƗƗɑƗƗɑ gpp thor panjang juga yang penting diseringin aja publisnya..#ngarep..

    All aq suka ceritanya semangatt ya thor..

  9. hah mereka nih ribet banget ya lama banget nikahny padahal aku dah gak sabar sama kehidupan mereka setelah menikah apa masih kaya sekarang berdebat terus
    next part dtunggu

  10. Yeeeaayy akhir nya keluar jg ff nya.. Keren kok aku suka sma donghae ny di sini hhehe author next part figthing!!

  11. WOW VYEJUNGMIN IS BACK!!!

    Vye dr chap 1 – 8, mnrt q part 8 yg paling okeh. Knp, coz yg ini plotnya paling rapi n ga ngebebanin pembaca

    Disini interaksi Haekyung lbh ngalir. Typo, no problem. Klo ga ada typo bkn ff namanya hahhaha. Tp ga masalah klo typo sih, coz kan yg penting itu alur cerita n pengembangan konflik

    Liat kecemburuan hae ke gikwang rasanya tuh manis bgt. Apalagi liat kesabarannya hae ngadepin jaekyung yg moody n ga pedulian. Itu cuteeee!!!

    Pokoknya part ini plg q suka. Krn ini chap sama kya ff kamu yg dlu2 yg bqn q jth cinta vye *rayuangombal*

    Buat selanjutnya, tetep pertahanin konsep penulisan yg kya gini vye. N kalo bs dibuat lbh bagus lagi, jgn malah ngedown lg

    Dan, inget saran q buat km vye. Klo buat ff itu jgn dipaksain n jgn dikebut. Krn klo km bqn ffnya ngebut yg ada malah amburadul. Mending kya sekarang, walau updatenya lama. Tp hasilnya MEMUASKAN

    Fightooo VYEJUNGMIN. I LOVE YOUUU *muachhhh :*

  12. aku kira di part ini mereka udh resmi jd suami istri 🙂
    smga part 9 y mereka udh nikah dan itu pasti seru buangat 😉 . Donghae oppa mlai mencintai Jaekyung kan . Lanjjuuttt thoorrr 😉
    Suka bgt sma ne crta 🙂

  13. Seneng bisa baca kelanjutannya lagi, biasanya baca dari blog yang lainnya, ternyata d sini udah duluan d post.. ^^
    Oh yah, salam kenal yah author, maap telat sekali ><
    Ditunggu kelanjutannya yah..
    Fighting !!

  14. Annyeong 😀
    Aku sblmnya udah baca part sebelumnya di Fun with fanfiction 😀 trs nyari kelanjutannya deh disini 😀
    Hadehhhhhh
    Kenapa sih hae sama jaekyung gak sadar klo mereka saling suka?! Hae yg cemburu klo jaekyung deket sama gikwang, jaekyung juga cemburu wkt liat ada missed call dr hyemi di hp nya hae……………..
    Trs jg apa maksudnya hae nyium tangannya hyemi?………………
    Please deh php bgt nih (⌣́_⌣̀)
    Kasian jaekyung </3

  15. min,ceritanya asik,waktunya itu loh yang kagak asik -_-,nge publishnya kelamaan tau min,aku uring urangan nungguin the next ff ini min, #pasangpuppyeyes

Tinggalkan Balasan ke Rahma Batalkan balasan